A. Latar Belakang Masalah
Tepat sebelum tengah malam, Sabtu 12 Oktober, 2002, dua bom meledak di Pantai Kuta resor liburan di Bali, Indonesia. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan ketiga terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat (AS).[1] Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri, bom yang digunakan adalah jenis TNT, seperti bom yang meledak di Sari Club memiliki berat 1.200 kilogram. Tidak hanya ratusan orang menjadi korban tewas dan luka, bangunan kelab seperti jendela dan lantai hancur serta darah bercucuran di mana-mana. Tragedi berdarah yang menewaskan sekitar 180 orang dan lebih dari 200 orang lainnya terluka (kebanyakan warga Australia, serta beberapa warga dari negara lain seperti Swiss, Kanada, dan Jerman) itu menjadi tragedi kemanusiaan terbesar setelah tragedi WTC dan Pentagon yang terjadi pada bulan September 2001 yang lalu.
Kejadian ini menjadikan Indonesia
sebagai sorotan dunia. Indonesia kemudian dianggap sebagai tempat bersarangnya
dan tempat pergerakan para teroris. Serangan ini oleh dunia internasional juga
dianggap sebagai serangan teroris dengan motif politik. Apalagi dengan kejadian
ini, beberapa aspek kehidupan di Indonesia mengalami penurunan. Peristiwa
pengeboman yang terjadi di wilayah Republik Indonesia akhir-akhir ini,
menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas, mengakibatkan hilangnya nyawa
serta kerugian harta benda dan juga berpengaruh yang tidak menguntungkan pada
kehidupan sosial, ekonomi, politik dan hubungan Indonesia dengan dunia
internasional. Peledakan bom merupakan salah satu modus pelaku terorisme yang
telah menjadi fenomena umum di berbagai negara.
[1] Seniwati., The Role of Australia in Countering Terrorism in Indonesia. Aust. J. Basic & Appl. Sci., 8(5):558-563, 2014
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas maka makalah ini akan membahas tentang hubungan Indonesia dan Australia Pasca Bom Bali I Tahun 2002. Untuk membantu penulisan, penulis merumuskan masalah seperti berikut:
- Bagaimana Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia dengan Australia?
- Bagaimana Reaksi dan Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Australia Terhadap Traged Bom Bali I 2002?
- Bagaimana bentuk kerjasama Indonesia dan Australia dalam melawan isu terorisme?
C. Tinjauan Teori
1. Teori Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah hubungan atau interaksi lintas batas-batas wilayah Negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berada dan berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung dalam betuk kelompok maupun perseoragan resmi maupun tidak resmi dari bangsa atau Negara lain yang melintasi batas-batas territorial suatu Negara (Sihombing, 1986).[1]
Hubungan internasional bisa jadi
membentuk hubungan mutualisme antara Negara-negara berbeda dalam bentuk
kerjasama. Kerjasama internasional adalah sisi lain dari konflik internasional
yang juga merupakan salah satu aspek dalam hubungan internasional. Isu utama
dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan pada sejauh mana keuntungan
bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat mendukung konsepsi dari
kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif (James dan Robert,1986:419)[2]
[1] Sihombing, Frans Bona, 1986, Ilmu Politik Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia
[2] James Dougherty and Robert Pfaltzgraff (2001) “Theories of Deterrence: Arms Control and Strategic Stability,” in Contending Theories of International Relations: A Comprehensive Survey. New York: Longman –Chapter 8, pp. 344-415.
2. Terorisme
Kebanyakan definisi terorisme dalah
upaya untuk mengkarakterisasi fenomena dengan berfokus pada tujuan jelas
organisasi teroris, yakni tindakan untuk menimbulkan, atau menyebarkan
rasa terror atau umumnya tekanan psikologis pada korban-korban mereka untuk tujuan
politik-ideologis. Tujuan teroris adalah untuk meneror, dan dengan demikian
kebanyakan orang berusaha untuk mendefinisikan apa terorisme adalah dengan
mendefinisikan apa teror adalah, yang biasanya melibatkan beberapa menyebutkan
intimidasi, influence dan pemaksaan (Schmid dan Jongman 1988).[1]
Enders dan Sandler (2002) menjelaskan terrorisme adalah penggunaan direncanakan
atau ancaman penggunaan kekerasan yang normal ekstra atau kebrutalan oleh
kelompok-kelompok subnasional untuk mendapatkan tujuan politik, agama, atau
ideologi melalui intimidasi dari khalayak luas, secara seksual tidak secara
langsung terlibat dengan pembuatan kebijakan dimana teroris berusaha untuk
mempengaruhi.[2]
[1] Schmid, Alex Peter and A. J. Jongman. 1988. Political Terrorism. New York: Transaction Books.
[2] Enders, Walter and Todd Sandler. 2002. “Patterns of Transnational Terrorism, 1970–1999: Alternative Time-Series Estimates.” International Studies Quarterly 46:145-165
D. Pembahasan
1. Sejarah Hubungan Diplomasi Indonesia – Australia
Hubungan Australia dengan Indonesia telah berfluktuasi tajam dari waktu ke waktu sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada bulan Agustus 1945. Mereka mencapai puncak tinggi keramahan dan optimisme selama perjuangan Indonesia-Belanda atas kemerdekaan 1945-1959 dan booming lagi di tahun-tahun awal 1990, waktu pertumbuhan ekonomi belum pernah terjadi sebelumnya yang melihat lonjakan besar pertama dalam investasi Australia ke Indonesia. Hubungan pribadi yang dekat yang dikembangkan antara Perdana Menteri Paul Keating dan Presiden Soeharto juga memberikan kontribusi besar terhadap hubungan itu. Tapi ketegangan politik yang akut berkembang antara kedua negara pada tahun 1999, terlebih lebih Australia mengambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan Timor Timur, segera setelah ‘krisis keuangan’ Asia Timur 1997-1998 yang telah menyebabkan jatuhnya investasi Australia di Indonesia (selain dari tambang sektor) dan pergeseran modal asing Indonesia yang mengalir menuju Cina. Bunga komersial Australia telah berkurang sejak saat itu, tapi sekali lagi bisa berada di ambang kebangkitan kembali saat ini bahwa Indonesia kembali ke level momentum ekonomi sebelumnya.
2. Reaksi dan Kebijakan Pemerintah Indonesia dan Australia terhadap Tragei Bom Bali I
Selama 2002 hingga 2006, di Indonesia, ada beberapa kejadian terorisme yang membuat masyarakat Indonesia dan Internasional khawatir. Tanggapan langsung Australia adalah untuk menyediakan tim 46-anggota petugas dari AFP, ASIO, dan pasukan polisi negara bagian untuk membantu polisi Indonesia dalam penyelidikan mereka dari pemboman. Australia mengadakan operasi Bali Assist pada November-Desember 2002 yang dilaksanakan oleh personel Australian Defence Force/ADF dengan tujuan menyediakan sarana evaluasi medis/logistic dan bantuan personel Australia. Komisioner AFP dan Direksi Jenderal ASIO dan ASIS terbang ke Indonesia untuk bertemu dengan pihak berwenang setempat tentang pengeboman. Amerika Serikat menyediakan spesialis forensik dan agen FBI untuk membantu penyelidikan. Pada awal November 2002, polisi Indonesia menahan seorang tersangka anggota Islam fundamentalis Jemaah Islamiyah sehubungan dengan pemboman. Pada tanggal 9 November, Menteri Pertahanan Indonesia menyatakan: “Cara itu dilakukan, saya yakin itu adalah karya al-Qaeda.”[1] Bulan-bulan berikutnya melihat penangkapan tambahan anggota JI, termasuk penempatan pemimpin JI spiritual, Abu Bakar Bashir, di bawah tahanan rumah. Tapi tersangka otak bom Bali, Riduan Isamuddin alias Hambali, masih buron.
[1] Martin Chulov, “Bali Bombs: Al-Qa’ida Did It–Indonesians `Convinced’ of Islamic Terror Link,” The Australian, 9 November 2002.
3. Bentuk Kerjasama Indonesia – Australia Melawan Terorisme di Era Megawati Soekarnoputri
Pada periode 2002, Indonesia dan
Australia tergabung dalam kerjasama pertahanan dalam kerangka DCP. Terkait
dengan tragedy Bom Bali I ini, kerjasama kontra-terorisme yang dilakukan selama
periode Februari 2002 – September 2004, yaitu pertama ditandatanganinya MoU in Combating International Terrorism
pada tahun 2002 sebagai langkah awal untuk menjaga kawasan dari ancaman
terorisme. [1]
Dalam MoU tersebut, kedua Negara dapat bertukar informasi intelijen untuk
mencegah, memberantas dan memerangi terrorisme international. Kedua, Indonesia
dan Australia sepakat membentuk Joint
Investigation and Intteligence Team to Invetogate Bali Bombing yang bertujuan untuk membantu menangkap pelaku
bom Bali tahun 2002.
[1] Grono, Nicholas, 2007. Australia’s Response to Terrorism, Strengthening the Global Intelligence Network. Central Intelligence Agency of Australia. Diakses dari: https://www.cia.gov/library/center-for-the-study-of-intelligence/csi-publications/csi-studies/studies/vol48no1/article03.html
Kesimpulan
Rangkaian bom peledakan insiden menumbuhkan keyakinan Pemerintah Australia bahwa isu terorisme global harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pertahanan dan keamanan di masa depan. Sebab, insiden seri terorisme yang terjadi di Indonesia tampaknya diarahkan kepada pemerintah Australia sebagai mitra negara Amerika Serikat. Untuk alasan tersebut, dalam menangani insiden peledakan bom Indonesia bekerja sama dengan Australia bilateral, regional maupun multilateral, dalam rangka untuk mengungkap fakta-fakta nyata dari masalah peledakan bom yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia. Indonesia-Australia memiliki hubungan bilateral yang sangat unik. Ini tidak hanya menyediakan kesempatan, tetapi juga tantangan. Terjadinya banyak insiden terorisme di Indonesia memiliki pengaruh serius hubungan antara kedua negara di mana acondition tersebut memotivasi mereka untuk melakukan kerjasama dalam menghilangkan baik terorisme regional atau internasional
Daftar Pustaka
‘RI-Australia Sepakat Perangi Terorisme Internasional’, 8 February 20 07, Retrieved from http://www.kjrihkg.org.hk/penerangan/nasional -12.html, [on 21 January 2017]
“Bali bombings 2002: Bali bombings kill 88 Australians” diakses dari: National Museum Australia, http://www.nma.gov.au/online_features/defining_moments/featured/bali_bombings pada 20 Januari 2017
Ingin dibuatkan tugas sepertin ini?
Butuh versi lengkap??
Atau ada tugas costum lainnya??
Silahkan hubungi geraijasa.com di no wa 0821-3805-4433